Minggu, 26 Februari 2012

Lampuki Memang Unik!


Oleh: Musmarwan Abdullah

Pendahuluan
“Siapa yang berani mengejek orang Aceh?” Kalimat ini terdengar angkuh. Apalagi diajukan dalam sebuah forum resmi seperti ini; sebuah forum yang tak terpikir sebelumnya untuk ikut terkontaminasi dengan hal-hal picik seumpama prasangka etnik, rasial, dan kedaerahan.
Hingga sejauh ini, baik di pidato-pidato perseorangan, forum-forum resmi, media massa, apalagi dalam sebuah karya monumental semisal karya sastra—puisi, cerpen dan novel—belum ada seorang pun, atau sekelompok orang di Indonesia yang punya kenekatan mengungkapkan sesuatu tentang Aceh melalui bahasa yang miring, ironis, miris, dan penuh satir bahkan ejekan.

Sabtu, 25 Februari 2012

SAYEMBARA MENULIS NOVEL DEWAN KESENIAN JAKARTA 2012























Untuk merangsang dan meningkatkan kreativitas pengarang Indonesia dalam penulisan novel, Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) kembali menyelenggarakan Sayembara Menulis Novel. Lewat sayembara ini DKJ berharap lahirnya novel-novel terbaik, baik dari pengarang Indonesia yang sudah punya nama maupun pemula, yang memperlihatkan kebaruan dalam bentuk dan isi. Adapun persyaratannya adalah sebagai berikut.

Senin, 20 Februari 2012

Senjata Kata untuk Transformasi Konflik

Oleh Ayi Jufridar
 
Jika Anda tidak pernah bertikai dengan orang lain, maka Anda tidak mengenal satu sama lain (pepatah Cina)
 
       KONFLIK selalu dimulai dengan perbedaan kepentingan politik, ekonomi, sosial, budaya, dan ideologi. Perbedaan menjadi sesuatu keniscayaan di bumi ini, termasuk di Aceh sebagai sebuah noktah kecil di jagat raya. Sejarah Aceh juga tidak bisa dipisahkan berbagai konflik, baik konflik konstruktif maupun yang sarat dengan kekerasan.

Rabu, 15 Februari 2012

Sejumlah Pecundang, Sejumlah Serdadu, Satu Pejuang

Oleh Ratno Fadillah
SEPERTI orang-orang yang berada di tanah seberang pada umumnya, aku pun mengetahui keadaan tanah Aceh sebagai daerah konflik yang seakan selamanya membara. Dari kabar yang aku baca dari surat kabar, penindasan terjadi bertahun-tahun di negeri berjuluk serambi Mekkah itu. Alasan yang menjadi pembenaran penindasan itu adalah tumbuhnya benih pemberontakan di sana. Sehingga perlu upaya pemberantasan. Namun, akibatnya meluas hingga terjadi penindasan terhadap warga sipil yang tak berdosa.