Senin, 19 Juni 2017

Novel Arafat Nur National Bestseller

Percikan Darah di Bunga



ARAFAT NUR
PERAIH KHATULISTIWA LITERARY AWARD


Di dalamnya ada orisinalitas, alur yang lancar, kisah yang mengejutkan, serta penokohan detail dengan karakter yang sangat kuat. Cara penuturannya juga berbeda dengan novel kebanyakan. Buku yang sebaiknya tidak Anda lewatkan.

-Helvy Tiana Rosa, Sastrawan dan dosen sastra.


BILA suatu saat nanti di sini tak ada lagi tangisan, belum tentu itu adalah sebuah tanda kesedihan panjang sudah berakhir. Tak ada tangisan di mata Dhira Ayu sekalipun jiwanya merintih dengan kebiadaban manusia atas manusia yang berlangsung terus-menerus di tanah ini, tanpa henti, dan tidak ada yang mampu menghentikannya.

        Di sebuah lembaga kemanusiaan Dhira bertemu Ahmadun, lelaki yang seumur hidupnya tidak pernah menangis. Bahkan saat dia mengalami penyiksaan hebat bagaikan azab di tepi jurang neraka, sama sekali tidak ada air mata yang jatuh. Wajahnya dirusak, disayat-sayat, kuku-kukunya dicabut, dan tubuhnya setengah remuk dipukuli, tetapi dia tetap tidak menangis.

        Ada yang membuat lelaki itu terus hidup. Sesuatu yang bergerak dan tumbuh perlahan dalam dirinya yang lama sendiri dan sepi. Perihal sama juga dirasakan Dhira, gadis yang pernah mengalami pelecehan dan sempat membuatnya sangat membenci lelaki.

     Dalam hidupnya, mereka tidak pernah menangis. Lalu tiba-tiba ada yang membuat Ahmadun bercucuran air mata. Bercucuran dengan begitu derasnya, linang yang tanpa bisa dihentikan, mengucur bagai curahan hujan deras dari langit yang gelap. Itu terjadi di suatu pagi buta, saat dia menemukan darah yang memercik ke bunga-bunga yang berserakan....