|
Foto: Saifu Ali |
LHOSEUMAWE-Media Lintas
Indonesia: Arafat Nur, novelis Aceh kembali memenangkan Sayembara Novel Dewan
Kesenian Jakarta (DKJ) 20016 dengan novelnya Tanah Surga Merah yang langsung menarik perhatian dengan kisah-nya
yang unik.
Sebelumnya Arafat Nur telah
memenangkan DKJ tahun 2010 lewat novel kontoversi Lampuki yang menuai banyak hujatan dan juga pujian. Lampuki kemudian memenangkan hadiah
paling bergensi di tingkat nasional, yaitu Khatulistiwa Literary Award 2011,
yang melejitkan nama Arafat Nur sejajar dengan sastrawan papan atas, dan dia
sering mendapatkan berbagai undangan di berbagai event nasional dan
internasional.
Tanah Surga Merah, novel teranyarnya yang diterbitkan Gramedia,
2017 ini berkisah tentang seorang mantan pemberontak bernama Murad yang menembak anggota dewan, kemudian menjadi
buronan polisi. Setelah lima tahun menghilang, tiba-tiba dia muncul di Lamlhok
menjelang dilangsungkannya pemilihan umum anggota dewan. “Selain sebagai
pembunuh, dia juga penjahat paling berbahaya dan kejam, bandar narkoba, dan
pengagas berdirinya Partai Jingga yang menjadi lawan kuat Partai Merah,” jelas
Arafat Nur kepada Media Lintas Indonesia,
Selasa (14/2).
Sang buronan diyakini hendak
mengacau pemilihan umum dan merongrong Pemerintahan Aceh Baru. Tidak saja
polisi, orang-orang Partai Merah pun gigih memburu si penyaru yang telah
mengubah bentuk wajahnya; merontokkan cambang dan janggutnya dengan krim
murahan. Berkali-kali penyamarannya hampir terungkap oleh orang-orang Partai
Merah yang selalu awas terhadap situasi dan kemunculan sosok-sosok asing di
sejumlah tempat.
Pengorbanan dan cinta Murad yang
luar biasa terhadap Aceh, tetap tidak bisa membuatnya diterima di tanah
kelahirannya sendiri. Di mana pun dia berada, nyawanya selalu terancam, dan
beberapa kali sempat dipukuli dan nyaris tertangkap oleh orang-orang Partai
Merah yang tak henti mengejarnya, sehingga dia terpaksa melarikan diri ke
sebuah kampung paling terpencil dalam rimba yang tak terdapat dalam peta. Di
sanalah dia menyembuhkan cedera kakinya akibat pengeroyokan, dan di sana
pulalah dia terperangkap dalam dunia asing dan ganjil, sambil tetap bertahan
dengan menyamar sebagai teungku
pandai agama.
Orang-orang Partai Merah yang
tanpa henti terus melacak jejaknya yang akhirnya mengetahui juga tempat
persembunyian si buronan. Raisa, seorang gadis yang diam-diam jatuh hati
padanya, tanpa terduga datang menyelamatkan si lelaki sesaat sebelum musuh
tiba. Gadis itu melarikannya ke hutan belantara yang tidak pernah terjamah kaki
manusia. Di sanalah Murad dan Raisa kemudian menemukan sebuah dunia baru yang
membuat mereka begitu terpana.(MA)