Beberapa Fakta Unik di Balik Novel Burung Terbang di Kelam Malam
Burung Terbang di Kelam Malam
BEBERAPA pembaca awal novel Burung Terbang di Kelam Malam karya
Arafat Nur yang dimintai pendapatnya (sebelum novel ini terbit), mengatakan
tidak bisa melepaskan diri dari naskah ini, bahkan sangking penasarannya sampai-sampai
tidak masuk kerja, dan seharian terus membaca novel ini dengan rasa takjub luar
biasa, dengan perasaan yang bercampur aduk, antara nelangsa, sedih, dan gembira.
Kebanyakan dari
mereka, sehabis membaca, terpaksa duduk tercenung, terkenang-kenang,
dan tidak bisa melepaskan bayangan cerita dalam novel ini, bahkan ada yang
membaca ulang, untuk melihat lagi kalimat-kalimat sederhana yang tulis Arafat
Nur yang membangun dunia dengan keajaiban.
Sebagian yang
telah membaca novel ini, menjadi penasaran dengan karya Arafat Nur lainnya
sehingga mereka yang belum membaca Lampuki,
terpaksa meluncur ke toko buku dan bertanya siapa yang memiliki novel itu. Novel
Burung Terbang di Kelam Malam membuat orang yang membacanya bergairah dan
merasa tercerahkan, lantaran novel ini sangat beda; lugas dan sederhana, tetapi
sangatlah bernas isinya.
Burung Terbang di Kelam Malam
Sebagian besar
pembaca tidak sabar menunggu terbitnya novel ini, dan ketika naskah sudah
sampai di percetakan, justru tertuda karena penggantian cover. Cover yang
berwarna biru tua sebelumnya dianggap tidak cocok, sehingga perlu mendesain
ulang cover baru yang dianggap lebih mencerminkan isi, dan memakan waktu yang
cukup lama pula.
Novel Burung
Terbang di Kelam Malam ini, sebagaimana diakui, memiliki pilihan kata yang kuat
sehingga sekalipun ringan, kandungan sastranya tidak perlu diragukan. Arafat Nur
seperti menceritakan sesuatu yang besar dan pelik, tetapi dengan gaya cerita
yang sederhana dan mudah, dan hal itu sangat sulit dilakukan oleh pengarang pada
umumnya.[]