Burung Terbang di Kelam Malam |
SEBAGAIMANA Lampuki (Serambi, 2011), karya Arafat Nur
terbaru Burung Terbang di Kelam Malam (Bentang, 2014) dicurigai mengandung
unsur seks. Memang, sebagai penulis, Arafat Nur tidak memegang sebuah pringsip
tertentu, dia memberikan peluang bagi teksnya untuk apa saja. Dia pernah
berucap secara berkelakar, bahwa dirinya menganut sastra bebas.
Yang dimaksudkan Arafat Nur dengan sastra bebas, tentunya
bukan bebas menceritatakan masalah seks secara sembarangan. Ungkapan itu
memiliki tafsir yang luas. Artinya, dia memberikan kebebasan dalam teks sastra
terhadap segala hal, termasuk hal-hal tabu yang tidak bisa dihindari untuk
diceritakan demi tersampaikannya sebuah maksud yang diinginkan dalam cerita itu
sendiri.
Bila dikatakan bahwa novel Burung Terbang di Kelam Malam
ini mengandur unsur seks, maka akan salah besar. Namun, bila dikatakan bahwa
novel ini menyinggung masalah seks, tidak pula bisa dianggap salah. Sebab hampir
seluruh masalah dalam kehidupan, terpaut begitu harmonis dalam novel ini. Tentu
tidak ada sesuatu perkataan yang mutlak untuk mengklaim bahwa novel ini adalah
seks.
Sebagaimana memang sudah menjadi gaya cerita Arafat Nur
dalam novel-novel kuatnya yang lahir belakangan ini, memang tidak dapat
dipungkiri kalau dia punya gaya cerita yang nakal, satir, sinisme, dan penuh
dengan kejenakaan. Inilah sebuah kelebihan unik yang dimiliki penulis ini, yang
mampu mempertahankan dalam setiap novelnya.
Burung Terbang di Kelam Malam |
Kandungan seks, atau sejumput cerita yang berkenaan dengan
masalah seks yang terdapat dalam novel ini, tidak lain adalah mengandung suatu
tujuan penting yang membentuk novel ini secara utuh. Seks dalam novel ini tidak
bermakna negatif, bahkan sesuatu yang dianggap sangat wajar dan sama sekali
tidak vulgar.
Oleh sebab itu pula, maka Burung Terbang di Kelam Malam ini sangat elok memjadi bacaan semua
kalangan usia, terutama remaja dan orang dewasa. Banyak pengajaran dan
pengalaman yang terdapat di dalamnya yang tidak saja membuat kita terpukau,
melainkan larut dalam lamunan yang tak berkesudahan. Seks dalam novel ini
adalah sesuatu yang penting, yang tidak bisa dikatakan sebagai seks vulgar,
tetapi untuk mengungkapkan sebuah kenyataan yang benar-benar ada dan
benar-benar terjadi dalam masyarakat kita.(haruki)