Tempat Paling Sunyi dan novel catatan tangan |
Lagi mendengar
lagu Ten Out Of Ten dinyanyikan Louchie
Lou & Michie One, yang merupakan kolaborasi
dengan simponi Mozart 40. Rasanya senang sekali. Sekitar 10 tahun lalu, pada
2005, waktu aku masih tinggal di rumah baru tempat setting novel Lampuki, aku kerap memutar VCD lagu ini,
karena televisi tidak bisa menangkap siaran, baik RCTI maupun TVRI, apalagi
lainnya. Padahal aku telah memasang antena 2F dengan tiang besi yang cukup
tinggi, karena aku tidak punya uang untuk membeli parabola. Uangku habis semua
untuk beli rumah dan kebutuhan lain.
Kaset VCD ini
hilang dipinjam seseorang dan tidak pernah dikembalikan lagi. Sialnya aku tidak
tahu apa judul dan siapa penyanyinya. Bertahun-tahun aku mencarinya di Youtube, tapi tidak ketemu. Ketika
kutanyakan pada kawan-kawan, mereka juga kebingungan. Memang ada seorang teman
penyiar radio yang tahu, tapi dia juga tidak tahu judul dan penyanyinya. Sampai
akhirnya aku menemukan lagu ini di sebuah HP yang baru diisi lagu baru. Aku
menyimak liriknya dan saksama dan menyalinnya di mesin Google, ternyata penyanyinya Louchie Lou & Michie One. Tapi aku kecewa,
vidio klipnya tidak sama dengan yang kutonton waktu dulu yang begitu heroik dan
agak “erotis”. Mungkin klip yang ini tidak original. Ya, sudah.
Dulu lagu ini
kuputar siang-malam tanpa jenuh mendengarnya, baik sepulang kerja atau lesehan,
di sela-sela menonton film horor dari kaset DVD sewaan. Bahkan ketika sendirian
di rumah aku berjoget-joget riang, seperti orang mabuk kepayang pada seseorang.
Waktu itu aku masih seperti remaja tanggung, bahkan sekarang kala aku mendengarkan
ulang, aku merasa kembali ke remaja tanggung, walaupun umurku bukan lagi belasan.
Berapa ya umurku sekarang? Aku lupa! Hahaha....
Entah memang selera
musikku buruk, aku tidak tahu. Pada kenyataannya musik ini juga ditiru penyanyi
Indonesia dan artis Aceh. Aku tidak tahu siapa penyanyi dan judul lagunya
karena memang tidak pernah peduli, karena sama sekali tiruannya membuat sakit
telinga. Ketika mendengarkan lagu aslinya, jiwaku dilambung-lambung entah kemana.
Saat itu aku memang sedang mengancang-ancang draf novel Lampuki dan merenungi tentang makna hidup dan perang. Ternyata hidup
ini memang berada di antara kekosongan dan angan-angan. Silakan baca tentang
perenungan waktu dan betapa tak berdayanya manusia di novel terbaru saya,
Tempat Paling Sunyi yang sudah mulai beredar di sejumlah toko buku di Tanah
Air.