Penulis
novel pertama di dunia adalah seorang perempuan bangsawan Jepang
bernama Murasaki Shikibu yang menulis novel panjang pertama di dunia
berjudul Kisah si Genji. Kisahnya sendiri menceritakan tentang seorang
pangeran yang mencari cinta dan kebijaksanaan. Versi terjemahan bahasa
Inggrisnya mencakup 54 bab dan lebih dari 1000 halaman. Akhir tahun
1500an, gerakan anti romantisme merebak dan para tokoh antagonispun
menjadi tokoh utama dalam kisah-kisah di era ini. Novel pertama dalam
genre ini adalah Life of Lazarillo de Tormes yang ditulis pada tahun
1554 oleh seorang penulis yang tak dikenal, yang mengisahkan perjalanan
hidup seorang anak miskin mencapai suksesnya melalui cara menipu.
Murasaki Shikibu ( adalah novelis dan penyair Jepang, sekaligus dayang di istana kekaisaran pada zaman Heian. Ia dikenal sebagai penulis Hikayat Genji yang ditulis dalam bahasa Jepang kira-kira antara tahun 1000 dan 1012. lahir 973 – meninggal 1014? atau 1025?)
Murasaki Shikibu adalah nama pena, nama aslinya tidak diketahui. Beberapa sejarawan memperkirakan bahwa nama aslinya adalah Fujiwara Takako, seperti tertulis dalam nama pelayan istana dengan pangkat shōji pada tanggal 29 bulan 1 tahun 4 Kankō (19 Februari 1007) menurut Midō Kampaku Ki, sebuah buku harian yang ditulis oleh Fujiwara no Michinaga, walaupun teori ini tidak banyak didukung oleh sejarawan lainnya. Dalam buku harian pribadinya yang berjudul Buku Harian Murasaki Shikibu, ia menulis bahwa nama panggilannya di istana adalah Murasaki, seperti nama tokoh dalam novel Hikayat Genji yang ditulisnya. "Shikibu" menunjuk kepada pangkat ayahnya di Biro Protokoler Istana (Shikibu-shō).{serupedia}
Penulis
yang paling produktif juga perempuan, yaitu Barbara Cartland
(1901-2000) yang menerbitkan lebih dari 1 juta kopi dalam 36 bahasa
sekaligus membuatnya sebagai seorang novelis terlaris sepanjang masa.
Rekor penjualan buku tercepat pun dipegang oleh perempuan yaitu JK
Rowling lewat buku Harry Potter and the Deathly Hallows, buku ke-7 dan
terakhir dari seri ini. Buku ini terjual 11 juta kopi dalam waktu kurang
dari 24 jam.
Novel ini mengajak siapa saja
yang jadi pembacanya untuk tidak saja mengingat atau mengenang luka lama
yang merobek-robek serta mencabik segenap jiwa, tetapi juga merenung
tentang makna dari sebuah perang yang sia-sia dan menyisakan penderitaan
serta kerugian yang tak terkira. Aceh yang didera perang adalah contoh
yang paling konyol tentang tindakan pemerintah Indonesia yang hanya
menciptakan bersimbah darah bagi banyak orang di ujung Pulau Sumatera.