Selasa, 25 April 2017

Novel Tanah Surga Merah, Kisah Politik Romantis Penuh Humor

Foto: Saifu Ali
 LHOSEUMAWE-Media Lintas Indonesia: Arafat Nur, novelis Aceh kembali memenangkan Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 20016 dengan novelnya Tanah Surga Merah yang langsung menarik perhatian dengan kisah-nya yang unik.

Sebelumnya Arafat Nur telah memenangkan DKJ tahun 2010 lewat novel kontoversi Lampuki yang menuai banyak hujatan dan juga pujian. Lampuki kemudian memenangkan hadiah paling bergensi di tingkat nasional, yaitu Khatulistiwa Literary Award 2011, yang melejitkan nama Arafat Nur sejajar dengan sastrawan papan atas, dan dia sering mendapatkan berbagai undangan di berbagai event nasional dan internasional.

Tanah Surga Merah, novel teranyarnya yang diterbitkan Gramedia, 2017 ini berkisah tentang seorang mantan pemberontak bernama Murad yang  menembak anggota dewan, kemudian menjadi buronan polisi. Setelah lima tahun menghilang, tiba-tiba dia muncul di Lamlhok menjelang dilangsungkannya pemilihan umum anggota dewan. “Selain sebagai pembunuh, dia juga penjahat paling berbahaya dan kejam, bandar narkoba, dan pengagas berdirinya Partai Jingga yang menjadi lawan kuat Partai Merah,” jelas Arafat Nur kepada Media Lintas Indonesia, Selasa (14/2).

Sang buronan diyakini hendak mengacau pemilihan umum dan merongrong Pemerintahan Aceh Baru. Tidak saja polisi, orang-orang Partai Merah pun gigih memburu si penyaru yang telah mengubah bentuk wajahnya; merontokkan cambang dan janggutnya dengan krim murahan. Berkali-kali penyamarannya hampir terungkap oleh orang-orang Partai Merah yang selalu awas terhadap situasi dan kemunculan sosok-sosok asing di sejumlah tempat.

Pengorbanan dan cinta Murad yang luar biasa terhadap Aceh, tetap tidak bisa membuatnya diterima di tanah kelahirannya sendiri. Di mana pun dia berada, nyawanya selalu terancam, dan beberapa kali sempat dipukuli dan nyaris tertangkap oleh orang-orang Partai Merah yang tak henti mengejarnya, sehingga dia terpaksa melarikan diri ke sebuah kampung paling terpencil dalam rimba yang tak terdapat dalam peta. Di sanalah dia menyembuhkan cedera kakinya akibat pengeroyokan, dan di sana pulalah dia terperangkap dalam dunia asing dan ganjil, sambil tetap bertahan dengan menyamar sebagai teungku pandai agama.

Orang-orang Partai Merah yang tanpa henti terus melacak jejaknya yang akhirnya mengetahui juga tempat persembunyian si buronan. Raisa, seorang gadis yang diam-diam jatuh hati padanya, tanpa terduga datang menyelamatkan si lelaki sesaat sebelum musuh tiba. Gadis itu melarikannya ke hutan belantara yang tidak pernah terjamah kaki manusia. Di sanalah Murad dan Raisa kemudian menemukan sebuah dunia baru yang membuat mereka begitu terpana.(MA)