Selasa, 22 Juli 2014

Asal Usul Malam Lailatul Qadr



Sebagai seorang muslim, kita pasti sudah tidak asing akan sebuah malam yang sungguh luar biasa pahalanya di bulan Ramadhan, malam turunnya Lailatul Qadr. Malam diturunkannya kitab Al-Qur’an, dan malam yang yang pahalanya lebih baik dari seribu bulan.

Sebagaimana firman Allah SWT dalam Al-Qur’an Nur Karim,
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al-Qur'an) pada malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan itu adalah malam yang lebih baik dari seribu bulan."
(Al-Qadr [97]: 1-3).

Pernahkah sahabat menanyakan mengapa lebih baik dari 1000 bulan? Atau, mengapa 1000 bulan? Atau adakah kisah tentang 1000 bulan?

Kisah tentang 1000 bulan, berawal dari seorang Nabiyullah yang bernama Nabi Syam’un al-Ghozi as. Nabi dari kalangan Bani Israil. Beliau adalah hakim ketiga terakhir pada zaman Israel kuno.

Nabi Syam’un al-Ghozi as., memiliki beberapa nama; dalam bahasa Ibrani, disebut Šimšon; sedangkan dalam bahasa Tiberias, disebut Šhimšhôn; lalu dalam Alkitab Nasrani, disebut Samson. Sedangkan dalam bahasa Arab, beliau disebut dengan Syamsyawn atau Syam'un. Nama Syam’un sendiri artinya "yang berasal dari matahari”, sedangkan al-Ghozi, artinya “yang berasal dari Ghozi” (Ghaza, sekarang).

Sebagaimana diterangkan dalam Kitab “Muqasyafatul Qulub” karangan Syeikh Muhammad bin Muhammad Abu Hamid al Ghazali bahwa, Rasulullah saw. saat berkumpul bersama para sahabat dibulan suci Ramadhan, beliau bercerita tentang seorang Nabi bernama Syam’un al-Ghozi as.

Diriwayatkan bahwa suatu kali Nabi Muhammad saw., terlihat tesenyum sendiri, lalu ditanya oleh para sahabatnya “Apa yang membuatmu tersenyum wahai Rasulullah”" Beliau menjawab, “Diperlihatkan kepadaku dihari akhir, ketika seluruh manusia dikumpulkan di padang ma’syar, ada seorang Nabi yang membawa pedang dan tidak mempunyai pengikut satupun, masuk ke dalam surga, dia adalah Syam'un.”

Nabi Syam’un al-Ghozi as. adalah seorang pahlawan berambut panjang yang memiliki kemukjizatan dapat melunakkan besi, dan dapat merobohkan istana.
Dengan hanya bersenjatakan tulang rahang seekor unta yang di bentuk menyerupai sebuah pedang pendek yang tajam, Nabi berperang melawan bangsa yang menentang Allah SWT, dengan penuh keberanian dan selalu dapat mengalahkan mereka. Pada riwayat lainnya dikatakan bahwa senjata beliau adalah janggut seekor unta yang dengan sekali sabetan saja, tewaslah para musuhnya.

Menghadapi kesaktian Nabi Syam’un al-Ghozi as, membuat para kafirun kewalahan. Mereka mencari jalan untuk bisa menundukkannya.
Akhirnya ide licik-pun ditemukan. Mereka menawarkan hadiah berupa uang dan perhiasan yang berlimpah kepada istri Nabi, dengan syarat ia bersedia melumpuhkan suaminya. Istri Nabi yang ternyata seorang kafir, sangat tergiur oleh hadiah itu.

Maka pada suatu malam ketika Nabi Syam’un al-Ghozi as. tertidur lelap, dengan pelan-pelan istrinya mengikat tangan dan kaki suaminya. Tiba-tiba Nabi terbangun dan dengan mudahnya memutuskan tali pengikat tersebut.
Di malam lainnya, kembali istri durhaka tersebut mengikat tangan dan kaki Nabi Syam’un al-Ghozi as yang tidur, dengan rantai besi. Lagi-lagi setelah Nabi terbangun, dengan mudahnya diputuskannya rantai besi itu. Karena sayang dan cintanya kepada isterinya, akhirnya Nabi berkata, "Istriku, tak seorang pun dapat mengalahkan aku karena rahasia kekuatanku ada pada rambutku. Jika engkau ingin mendapatkanku dalam keadaan tak berdaya maka ikatlah aku dengan potongan rambutku“.

Setelah mengetahui rahasia kekuatan suaminya, istri laknat ini kemudian mencari kesempatan untuk menggunting rambut suaminya. Akhirnya, di suatu malam ketika Nabi Syam’un al-Ghozi as. sedang tertidur lelap, istrinya mengguting beberapa rambut Nabi, sejumlah 8 helai rambut yang panjangnya sampai ke tanah. Lalu istri keji ini mengikat kedua tangan Nabi dengan 4 helai rambut, dan 4 lainnya diikatkan pada kedua kakinya.
Ketika Nabi terbangun, beliau tidak bisa berbuat apa-apa karena telah diikat oleh kekuatannya sendiri. Istrinya kemudian memberitahu para kafirun, lalu mereka datang dan membawa Nabi. Istri yang bejat ini mendapatkan hadiah yang banyak sebagaimana yang sudah dijanjikan.

Nabi Syam’un al-Ghozi as. lalu dibawa kehadapan raja para kafirun. Mulailah mereka memotong kedua telinga, bibir, kedua tangan dan kakinya. Tidak hanya itu, Nabi juga disiksa dengan dibutakan kedua matanya, lalu diikat pada sebuah tiang istana dan dipertontonkan kepada khalayak istana. Mereka menyiksa Nabi dengan tujuan agar beliau mati secara perlahan-lahan. Istrinya yang jahat, ikut pula menyaksikan penyiksaan tersebut tanpa rasa belaskasihan.

Begitu hebatnya siksaan tersebut, membuat Allah SWT berbicara pada Nabi Syam’un al-Ghozi as., “Hai Syam’un apa yang engkau inginkan, Aku akan menindak mereka.”
Nabi menjawab, “Ya Allah, berikanlah kekuatan kepadaku hingga aku mampu menggerakkan tiang istana ini, dan akan kuhancurkan mereka.”

Maka dengan seizin Allah, Nabi Syam’un al-Ghozi as. menggoyangkan tiang istana tersebut, dan tiang itupun rubuh menimpa raja bersama seluruh khalayak istana termasuk istrinya yang durhaka dan orang-orang yang telah menyiksanya. Mereka semua mati tertimpa reruntuhan bangunan istana dan terkubur didalamnya. Do’a Nabi Syam’un al-Ghozi as diqobulkan Allah SWT. Hanya beliau sendiri yang selamat, lalu Allah mengembalikan seluruh anggota badan yang telah terpotong dan menyembuhkan segala sakitnya.

Setelah peristiwa itu, Nabi Syam’un al-Ghozi as. bersumpah kepada Allah SWT akan menebus semua dosanya dengan berjuang menumpas semua kebatilan dan kekufuran selama 1000 bulan tanpa henti. Nabi menyibukkan diri dalam beribadah kepada Allah. Malam hari dilalui dengan memperbanyak shalat malam, sedangkan siangnya beliau berpuasa. Nabi menjalankan ibadahnya selama seribu bulan hingga ajalnya tiba, yaitu 83 tahun 4 bulan.

Setelah mendengar kisah Nabi Syam’un al-Ghozi as, para sahabat Nabi Muhammad saw menangis terharu, kata mereka, “Ya Rasullulah, tahukah baginda akan pahalanya?”
Jawab Rasulullah, “Aku tidak tahu.”

Setelah Rasulullah selesai berkisah, Allah menurunkan Malaikat Jibril as. dengan membawa surat Al-Qadr kepada Nabi Muhammad saw.
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur`an) pada malam kemuliaan.
Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu?
Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan.
Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan Malaikat Jibril as. dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan.
Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.”
(Al-Qadr [97]: 1-5)

Wallahu a'lam bish shawab.(ist)


--------------------





Burung Terbang di Kelam Malam


Jika kehidupan adalah sebuah perjalanan, Fais adalah seorang petualang yang berjalan sendirian di antara riuhnya dunia. Di tengah masyarakat yang mengelu-elukan sosok Tuan Beransyah, Fais memilih jalannya sendiri. Ia ingin membuktikan bahwa kandidat wali kota yang dikenal alim, dermawan, dan pandai agama itu tidak lain adalah sosok yang amat munafik.


Maka, dimulailah sebuah perjalanan dengan kejutan di setiap tikungannya. Perjalanan itu tidak saja membuat Fais menemukan kebenaran di balik politik pencitraan yang memuakkan, tetapi juga kebenaran perasaannya. Fais akhirnya sadar, pertemuan dengan perempuan-perempuan yang sempat menggetarkan hatinya justru adalah jalan yang membawanya pulang pada cinta sejatinya.


Burung Terbang di Kelam Malam mengungkap kehidupan sosial yang begitu dekat; tentang sisi gelap politik dan cinta. Hubungan cinta terlarang, perasaan tidak berdaya, takut kehilangan, dan kesedihan  yang begitu kental, tanpa kehilangan rasa humor. Sebuah kisah yang berliku, tetapi diceritakan dengan sangat lugas dan mengalir.


Diterbitkan oleh: Penerbit Bentang

(PT Bentang Pustaka)

Anggota Ikapi


Jl. Plemburan No. 1, Pogung Lor,

RT. 11, RW. 48 SIA XV, Sleman, Yogyakarta – 55284

Telp./Faks: (0274) 889248/(0274) 883753

Surel: bentang.pustaka@mizan.com

http://bentang.mizan.com

http://bentangpustaka.com


Didistribusikan oleh:

Mizan Media Utama

Jln. Cinambo (Cisaranten Wetan) No. 146,

Ujungberung, Bandung 40294

Telp.: (022) 7815500 – Faks: (022) 7834244

Surel: mizanmu@bdg.centrin.net.id


Perwakilan:

Pekanbaru Telp.: 0761-20716/Faks: 0761-29811 Medan Telp./Faks:

061-8229583 Jakarta Telp.: 021-7874455/Faks: 021-7864272 Yogyakarta Telp.:0274-889249/Faks: 0274-889250 Surabaya Telp.: 031-8281857/Faks: 031-8289318

Makassar Telp./Faks 0411-440158 Banjarmasin Telp./Faks: 0511-3252178. Banda Aceh: Pustaka Paramitha dan Alif Taufiqiyah. Lhokseumawe: TB Arun Pos. Bisa juga di Toko: Mizan Online Bookstore: www.mizan.com.