Minggu, 03 Juni 2012

15 Penulis Muda Terpilih di Festival Ubud 2012

Illustrasi Festival Penulis Ubud. Sejumlah seniman membawakan Tari Lambang Sari pada pembukaan Festival
Illustrasi Festival Penulis Ubud. Sejumlah seniman membawakan Tari Lambang Sari pada pembukaan Festival "Ubud Writers And Readers" di Ubud, Bali. (sumber: Antara)
Terdiri dari lima penyair, lima cerpenis. empat novelis dan satu esais

Dewan Kurator Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) mengumumkan 15 penulis muda Indonesia yang lolos mengikuti seleksi acara tersebut mewakili keberagaman di Indonesia.

"Penulis terpilih tahun ini ada yang dari ujung barat Nusantara, yaitu Aceh, hingga ujung timur, Papua," kata Dewan Kurator UWRF 2012 Saut Poltak Tambunan, di Ubud, Gianyar, Minggu.

Para penulis muda, itu lanjut dia, akan diundang serta disponsori untuk menghadiri dan berbicara pada UWRF 2012 yang akan berlangsung 3-7 Oktober mendatang di Ubud, Gianyar. 

Ke-15 penulis yang lolos seleksi adalah Arif Fitra Kurniawan (Semarang), Benazir Nafilah (Sumenep), Mugiya Syahreza Santoso (Bandung), Budi Saputra (Padang), Muhary Wahyu Nurba (Sulawesi Selatan), Amanche Franck OE Ninu (Kupang), Olyrinson (Pekanbaru), Niduparas Erlang (Tangerang), Guntur Alam (Bekasi), Astina Triutami (Jakarta), Aprilia RA Wayar (Papua), Ayi Jufridar (Aceh), Indah Darmastuty (Solo), Sunlie Thomas Alexander (Pangkal Pinang) dan Bandung Mawardi (Solo).

"Komposisi penulis terpilih terdiri dari lima penyair, lima cerpenis, empat novelis dan satu esais. Mereka terdiri dari empat wanita dan sebelas pria," ujarnya.

Dewan Kurator UWRF 2012, yang berangggotakan penulis senior Saut Poltak Tambunan, Acep Zamzam Noor dan Cok Sawitri, menyampaikan para penulis hasil seleksi tidak hanya mencerminkan keberagaman genre kesusastraan yang menjadi pilihan dari para penulis muda Indonesia, tetapi juga merefleksikan keberagaman kultural negara dan bangsa ini.

Hasil seleksi, lanjut dia, juga menunjukkan bahwa di luar Jakarta, telah tumbuh berkembang penulis-penulis muda yang handal.

"Naskah cerpen dan novel dari penulis terpilih didominasi oleh tema-tema kearifan lokal dengan latar kedaerahan. Masing-masing memiliki diferensiasi yang tinggi dengan penguasaan teknik penceritaan yang khas," katanya.

Sementara itu, Cok Sawitri, selaku Dewan Kurator UWRF 2012 menyampaikan telah pula mempertimbangkan pengarusutamaan gender sebagai salah satu bahan pertimbangan saat melakukan seleksi.

"Namun para kurator tidak hanya berkutat pada pertimbangan jenis kelamin dalam kerangka memenuhi prinsip kesetaraan, yang tak kalah penting berpihak pada isu mengenai kesetaraan ini yang dijadikan pertimbangan agar pemahaman gender sebagai konstruksi sosial dalam kerangka mencapai keadilan kesempatan melalui tandingan-tandingan ide, gagasan, karya dapat dijadikan barometer tidak dalam kerangka emosional," ucap Cok Sawitri.
Lampuki Arafat Nur


Tujuan prinsip kesetaraan, lanjut dia, bukanlah untuk mengukuhkan karya dengan jenis kelamin, namun bagaimana isu, tematik karya dalam seputaran kesetaraan gender ini hadir sebagai keutuhan karya.

Cok juga menegaskan bahwa kualitas karya tetap menjadi parameter utama bagi para kurator dalam menetapkan nama-nama para penulis yang lolos seleksi.

Manajer Pengembangan Komunitas UWRF Kadek Purnami menyambut gembira karena dari tahun ke tahun jumlah penulis muda Indonesia yang mengikuti program seleksi terus bertambah, sebuah penanda bahwa UWRF makin mendapat tempat di dunia sastra tanah air.

"Kami merasa makin mendapat kepercayaan dari kawan-kawan penulis di seluruh penjuru nusantara," ujarnya.

Tahun ini panitia seleksi menerima kiriman naskah dari 279 penulis, meningkat dari 235 penulis pada 2011 dan 105 penulis pada 2010.

Hal ini tidak lepas dari kerapnya Kadek Purnami dan timnya menyambangi berbagai komunitas sastra lokal di berbagai daerah di Indonesia. Sejak 2008, setiap tahunnya Tim UWRF berkunjung ke paling sedikit empat kota untuk melakukan diskusi dan peluncuran buku antologi UWRF.

"Kami berharap bahwa rekan-rekan yang belum lolos tahun ini untuk tetap mengikuti proses seleksi di tahun mendatang," katanya berharap.

Selanjutnya para penulis terpilih akan diterbangkan ke Ubud untuk mengikuti festival sastra tahunan, yang pada 2012 ini memasuki tahun kesembilan, dan berbicara pada panel diskusi bersama sastrawan-sastrawan asing dari sekitar 20 negara.

"Karya-karya para penulis terpilih akan dialihbahasakan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi dwi-bahasa UWRF. Keseluruhan program Indonesia UWRF didanai bersama oleh Hivos, sebuah lembaga nirlaba Belanda, dan UWRF sendiri," ucap Purnami.

UWRF pertamakali diselenggarakan pada 2004 sebagai sebuah respon kultural terhadap Bom Bali 2002 serta upaya memulihkan pariwisata di Ubud. Sejak 2008, UWRF juga serius mengusung misi memperkenalkan penulis-penulis muda Indonesia ke panggung dunia.(Lampuki/beritasatu)