SAAT ini minat baca masih
menjadi perkerjaan rumah yang belum terselesaikan bagi bangsa Indonesia.
Berbagai program telah dilakukan untuk meningkatkan minat bacamasyarakat.
Pemerintah, praktisi pendidikan, LSM dan masyarakat yang perduli padakondisi minat
baca saat ini telah melakukan berbagai kegiatan yang diharapkan mampu
meningkatkan apresiasi masyarakat untuk membaca, akan tetapi berbagai programtersebut
belum memperoleh hasil maksimal.
Untuk mewujudkan bangsa berbudaya baca, maka bangsa ini perlu melakukan pembinaan minat baca anak. Pembinaan minat baca anak merupakan langkah awalsekaligus
cara yang efektif menuju bangsa berbudaya baca. Masa anak-anak merupakanmasa
yang tepat untuk menanamkan sebuah kebiasaan, dan kebiasaan ini akan terbawahingga
anak tumbuh dewasa atau menjadi orang tua.
Dengan kata lain, apabila sejak
kecilseseorang terbiasa membaca maka kebiasaan tersebut akan terbawa hingga
dewasa.Pada usia sekolah dasar, anak mulai dikenalkan dengan hurup, belajar
mengeja katadan kemudian belajar memaknai kata-kata tersebut dalam satu
kesatuan kalimat yangmemiliki arti. Saat ini merupakan waktu yang tepat untuk menanamkan kebiasaanmembaca
pada anak. Setelah anak-anak mampu membaca, anak-anak perlu diberikan bahan
bacaan yang menarik sehingga mampu menggugah minat anak untuk membaca buku.
Minat baca anak perlu dipupuk
dengan menyediakan buku-buku yang menarik dan representatif bagi perkembangan
anak sehingga minat membaca tersebut akan membentuk
kebiasaan membaca. Apabila kebiasaan membaca telah tertanam pada dirianak maka
setelah dewasa anak tersebut akan merasa kehilangan apabila sehari saja
tidak membaca. Dari kebiasaan individu ini kemudian akan berkembang
menjadi budaya bacamasyarakat.Akan tetapi pembinaan minat baca anak saat ini
sering terbentur dengan masalahketersediaan sarana baca.
Tidak semua anak-anak mampu mendapatkan buku
yang mampu mengugah minat mereka untuk membaca. Faktor ekonomi atau minimnyakesadaran
orang tua untuk menyediakan buku bagi anak menyebabkan anak-anak tidak mendapatkan
buku yang dibutuhkan. Tidak tersedianya sarana baca merupakan masalah besar
dalam pembinaan minat baca anak. Anak-anak tidak dapat memanjakan minat bacanya
karena tidak tersedia sarana baca yang mampu menggugah minat anak untuk membaca.
Padahal pembinaan minat baca anak merupakan modal dasaruntuk memperbaiki
kondisi minat baca masyarakat saat ini.
Untuk mengatasi masalah
ketersedian sarana baca anak dapat dilakukan denganmemanfaatkan eksistensi
perpustakaan sekolah. Perpustakaan sekolah dapat difungsikansebagai institusi
penyedia sarana baca cuma-cuma bagi anak-anak. Melalui koleksi yangdihimpun perpustakaan, perpustakaan sekolah mampu menumbuhkan kebiasaan
membaca anak.
Tetapi amat disayangkan,
perpustakaan sekolah yang dijadikan ujung tombak dalam pembinaan minat
baca anak justru dalam kondisi yang memprihatikan. Bahkansaat ini banyak
sekolah dasar yang belum memiliki perpustakaan. Data DeputiPengembangan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengungkapkan bahwa hanya1% dari
260.000 sekolah dasar negeri yang memiliki perpustakaan (Kompas, 25/7/02).
Keadaan ini tentu bertolak
balakang dengan Undang-undang nomor 2 pasal 35 tahun1989 tentang system
pendidikan nasional yang menyatakan bahwa setiap sekolahdiwajibkan memiliki
perpustakaan. ironis bukan, mana mungkin minat baca anak dapatterbina apabila
sekolah tidak memiliki perpustakaan yang menyediakan buku sebagaisarana baca
bagi siswa (anak).Walaupun ada sekolah yang memiliki perpustakaan sekolah,
perpustakaan sekolah belum dikelola dengan baik.
Hanya sekolah-sekolah unggulan
dan sekolah yang sadar akan pentingnya perpustakaan, memiliki perpustakaan
yang dikelola secara baik olehtenaga profesional.Banyak perpustakaan sekolah
yang pengelolaanya terkesan “yang penting jalan”.Hal ini terlihat dari segi
koleksi, sarana perpustakaan serta tenaga pengolola perpustakaansendiri.
Koleksi perpustakaan sebagian besar berisi buku-buku paket sehingga kurang mampu menarik minat
siswa untuk mengakses perpustakaan. Sarana dan prasarana perpustakaan
yang seadaanya menyebabkan suasana perpustakaan kurang nyaman.
Selainitu banyak perpustakaan
sekolah yang tidak dikelola oleh tenaga profesional di bidang perpustakaan,
perpustakaan dikelola oleh guru pustakawan (guru yang merangkapsebagai
pengelola perpustakaan) yang memiliki tanggung jawab utama sebagai
pengajar menyebabkan pengelolaan perpustakaan tidak optimal. Sudah saatnya
kondisi perpustakaan sekolah dasar diperbaiki. Perbaikan ini akanmewujudkan
berpustakaan sebagai penyedia sarana baca ideal bagi anak-anak. Perbaikanini
akan memotivasi anak-anak untuk berkunjung dan membaca koleksi perpustakaan.
Perbaikan yang dapat dilakukan antara lain,koleksi perpustakaan terus
ditingkatkan baik dari segi kuantitas maupun kualitas. Sudah saatnya
perpustakaan tidak hanya berisi buku-buku paket, koleksi perpustakaan juga
dapat berupa buku-buku bacaanyang mampu menarik minat siswa untuk membacanya.
Selain itu perpustakaan dapat jugamelengkapi koleksinya dengan koleksi
audiovisual sehingga tidak memberikan kesanlayanan yang monoton.
Kedua, sarana atua perabot
perpustakaan perlu dilengkapi, perpustakaan dapat dilengkapi dengan pendingin udara,
televisi dan komputer multimedia. Perabotan perpustakaan
perlu didesain dan disusun sesuai dengan kondisi fisik anak-anak sehinggadapat
memberikan kesan nyaman bagi anak. Ruang perpustakaan juga dapat dicat warna-
warni dan dilukis gambar lucu sehingga menghilangkan kesan formil perpustakaan.
Dengan perubahan kondisi fisik perpustakaan ini akan memberikan kesan
nyaman anak berada diperpustakaan sehingga anak-anak akan rajin
datang ke perpustakaan.
Ketiga, masalah SDM perpustakaan juga perlu mendapatkan perhatian.Perpustakaan
harus dikelola oleh tenaga yang memiliki keahlian serta berlatar
belakangilmu perpustakaan, dokumentasi dan informasi. SDM memiliki latar belakang ilmu perpustakaan tentu mengerti bagaimana mengelola serta mengembangkan perpustakaan berdasarkan kaidah ilmu perpustakaan. Memberikan tanggung jawab pegelolaan perpustakaan
kepada guru perlu dikaji ulang, guru yang memiliki tugas utama sebagaitenaga
pengajar tidak akan mampu maksimal dalam pengembangan perpustakaan karenaharus
membagi waktunya untuk mengajar. Perpustakaan akan tutup apabila guru tersebutmendapat tugas mengajar. Keadaan semacam ini tentu dapat menghambat proses pembinaan
minat baca anak.
Keempat, sebenarnya masalah terbatasan koleksi,
sarana perpustakaan sertaminimnya SDM perpustakaan disebabkan karena
keterbatasan dana. Keterbatasan danamenyebabkan perpusakaan tidak mampu membeli
buku, melengkapi sarana perpustakaanserta membayar tenaga profesional untuk
mengelola perpustakaan. Sebagai solusinya di perlukan perhatian pemerintah, pengelola sekolah serta peran aktif wali murid.Pemerintah perlu memberikan perhatian bagi pengembangan perpustakaan sekolah.
Perhatian itu dapat diwujudkan
dalam bentuk pemberian dana bantuan pengembangan perpustakaan sekolah,
kebijakan yang merangsang perkembangan perpustakaan sekolahserta penghargaan
kepada mereka yang berjasa dalam mengembangkan perpustakaan.Pihak sekolah juga
dapat mengoptimalkan keberadaan wali murid yang terhimpun dalamkomite sekolah
dalam pengembangan perpustakaan sekolah. Wali murid dapat dimintai bantuan dalam
hal pendanaan perpustakaan. Tentunya. Wali murid tidak akan segan
mengeluarkan biaya bagi pengembangan sekolah karena manfaatkan
perpustakaan akankembali kepada putraputri mereka.
Selain itu pihak sekolah juga dapat menyusun proposal
pengembangan perpustakaan dan mengajukannya ke perusahaan, instansi atauindividu
yang memiliki perhatiaan dibidang pendidikan, minat baca dan perpustakaan.Dengan
berbagai perbaikan diatas maka perpustakaan akan semakin menarik.Perubahan yang
menjadi motivasi bagi siswa untuk mengakses perpustakaan.
Apabila perbaikan ini dilakukan dari sekarang maka 10 atau 15 tahun
kedepan Indonesia akanmenjadi bangsa yang gemar membaca. Dengan demikian
berakhir sudah permasalahanminat baca yang seolah-olah menjadi perkejaan rumah
yang tidak terselesaikan sampaisaat ini. (lampuki/heri)