Kamis, 05 Desember 2013

Arafat Nur Luncurkan Novel Baru

(Berita Harian Waspada)

Burung Terbang di Kelam Malam
LHOKSEUMAWE (Waspada): Arafat Nur kembali meluncurkan novel terbaru berjudul Burung Terbang di Kelam Malam. Novel ini mendapat sambutan hangat dari para tokoh dan peminat sastra di Indonesia.

Novel setebal 400 halaman yang mengisahkan petualangan Fais, seorang juru warta muda, menuai pujian dari sejumlah tokoh sastra, akademisi, jurnalis, pengamat sosial dan aktifis kemanusiaan. Novel cinta bernuansa politik ini diterbitkan oleh Bentang dengan penanganan secara khusus.

“Cerita penuh dengan hentakan dan kejutan di sana-sini, mengundang rasa penasaran, kesedihan, dan humor yang berpadu secara seimbang,” kata Perwakilan Penerbit Bentang, Ika Yuliana Kurniasih melalui surat elektronik kepada Waspada, Minggu (24/11).

Katanya, melalui novel terbarunya ini, Arafat Nur semakin membuktikan bahwa dia adalah seorang pencerita yang ulung. Dia dengan lincah, mampu meracik sebuah cerita yang begitu menghanyutkan, membawa kita turut merasakan derasnya arus politik dan cinta terlarang yang mengombang-ambingkan dalam kehidupan Fais, tokoh utama dalam novel ini.

Selain mengungkap lika-liku kisah cinta yang tidak biasa, lanjut Ika, gugatan terhadap kebusukan di balik politik pencitraan pun disuarakan melalui satire yang tajam dan tepat sasaran. Kecermatan pemilihan kata yang menjadi kekuatan gaya bercerita Arafat Nur berhasil mengantarkan pembaca menelurusi relung terdalam pikiran dan perasaan tokoh utamanya.

Beragam konflik yang dialami tokoh-tokohnya saling menjalin dan menjadi cerminan sebuah realitas yang lebih besar. Novel ini menyampaikan pesan yang begitu dalam bahwa betapa manusia ini akan selalu berhadapan dengan sisi gelap kemanusiaannya sendiri.

Sementara Arafat Nur sendiri tidak banyak berkomentar. Penulis pemenang sayembara nasional Dewan Kesenian Jakarta 2010 dan peraih anugerah Khatulistiwa Literary Award 2011 mengatakan, novel ini mencerminkan situasi Aceh pasca konflik dengan berbagai masalah politik, sosial, ekonomi, dan moral manusia yang menjadi pelaku di dalamnya.

“Saya berusaha mengungkapkan sesuatu yang besar dengan cara yang mudah dipahami banyak orang. Berusaha memadukan peristiwa politik jalinan cinta, dan berbagai masalah lainnya dengan seimbang. Ini bukanlah perkara mudah, tetapi saya cukup bahagia dapat menuntaskan semua ini sesuai rencana,” pungkasnya. (cmk)