Rabu, 07 Mei 2014

Unsur Intrinsik dalam Novel Mutia Lon Sayang

Sinopsis
Mutia Lon Sayang
NOVEL karangan Arafat Nur yang diterbitkan Mizan, 2005 ini, menceritakan perjalanan hidup seorang Gadis bernama Meutia dari Aceh yang harus menerima kenyataan pahit hidupnya. Di usianya yang masih dini, dia menemukan kedua orang tuanya tewas akibat dibantai sekelompok orang yang menamai dirinya dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM), mereka membunuh kedua orang tua Meutia karena dianggap sebagai pengkhianat karena ayah Meutia menjadi mata-mata TNI. 
   Bahkan, Meutia juga menjadi incaran pembantaian namun diselamatkan oleh teman ayahnya bernama Cek Leman. Setelah itu Meutia masuk ke pesantren, namun karena persoalan biaya akhirnya Meutia keluar dari pesantren dan tinggal di rumah bibinya yang bernama Cek Munah, kehidupan bibinya juga sangat sederhana bahkan kekurangan karena pemannya diduga tenggelam di tengah laut bersama perahu boatnya.
            Semenjak tinggal di rumah cek munah, Meutia sering membantu cek Munah, namun di balik semua itu, Meutia masih menyimpan kesedihan mendalam atas pembantaian kedua orang-tuanya. Ia merasa belum ikhlas atas kejadian itu, ia pun sangat sering menulis curahan hatinya dalam secarik kertas yang katanya untuk Tuhan.
    Kebiasannya menulis surat itu terus berlangsung seiring luka mendalam yang masih dipendamnya. Hingga suatu hari ia bertemu dengan seorang pemuda yang sangat mirip dengan kakeknya, namanya Teungku Muaz. Teungku Muazlah yang banyak menginspirasi Meutia secara bertahap untuk mampu melupakan kenangan buruk itu, karena ia juga memiliki kenangan buruk yang hampir sama dengan Meutia. hingga akhirnya teungku Muaz menyatakan cintanya kepada Meutia, sehingga Meutia sedikit demi sedikit telah mampu ikhlas atas apa yang terjadi pada hidupnya. Sekian
ü    
Tema  : Perjunganan Hidup
ü  Alur     : Maju-mundur
ü  Penokohan :
· Meutia    
Meutia memiliki karakter pendiam, pemalu dan Meutia merupakan tipe orang yang tidak mudah melupakan kejadian buruk yang menimpa hidupnya walaupun telah bertahun-tahun lamanya (larut dalam kesedihan)
· Teungku Muaz (Guru mengaji Meutia)
Baik, bijaksana dan berkharizma, sebagai seorang Ustad, Teungku Muaz memiliki jiwa yang besar dan penyabar.

· Cek Leman (teman ayah Meutia)
Baik dan berani, karena selalu berusaha untuk menjaga Meutia agar tidak menjadi korban pembantaian seperti yang dialami keluarganya.

· Cek Munah (Bibi Meutia)
Baik, karena telah mau  merawat Meutia walaupun dia juga dalam kekurangan, selain itu juga memiliki karakter yang sabar.

Mutia Lon Sayang
· Alan (sepupu Meutia)
Rajin membantu orang tua.

· Nurul (sepupu Meutia)
Cerewet dan ceplas-ceplos.

· Nursyah (murid kakek Meutia)
Baik dan peduli sesama

· Abu Chik (Kakek Meutia)
Patuh kepada agama, berkharizma, dan berjiwa besar.

· Intan (teman Meutia dan Nurul)
Cerewet dan sering mencari tahu urusan orang.

· Cupo Baren
Suka mencela orang lain dan malas

· Cupo Ranteng
Suka mencela orang lain dan malas

· Cupo Maneh
Peduli dengan orang lain dan baik.


ü  Latar   :
·        Tempat           : Di Rumah, Sigli (daerah di Provinsi Aceh), Lhokseumawe (daerah pesisir pantai), balai pengajian (baleh), pesantren tradisional (dayah), pasar ikan (pajak engkoet), laut, surau atau langgar (meunasahII), penampungan korban bencana alam.
·        Suasana          : khawatir, tegang, bahagia, sedih, senang.
·        Waktu : malam hari, sorehari, pagi hari.
ü  Sudut pandang : Orang ke III (serba tahu) karena penulis menceritakan secara rinci novel tersebut baik itu tentang suasana hati Meutia maupun karakter setiap tokoh.
ü  Amanat :
·        Jangan pernah berputus asa dalam menjalani kehidupan di dunia.
·        Selalu bertawakkal ketika mendapat musibah.
·        Saling tolong-menolong sesama manusia.
·        Berpegang teguhlah kepada agama yang dianut.
·        Jangan mencela sesama manusia, seharusnya kita saling menghormati dan menyayangi.(kolong sastra merah putih)