PENULIS Aceh Arafat Nur terpilih sebagai salah seorang penulis muda yang berhak mengikuti ajang "Ubud Writers and Readers Festival" UWRF 2011 di Ubud, Gianyar, Bali pada Oktober. Arafat yang baru saja meluncurkan novel berjudul ‘Lampuki’ merupakan salah satu penulis dari 15 penulis terpilih UWRF.
"Ke-15 penulis muda ini rata-rata berasal dari berbagai daerah di Indonesia, seperti Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, Bali, dan NTB. Semuanya terwakili dalam jajaran para penulis terpilih," ujar Manajer Pengembangan Komunitas UWRF Kadek Purnami di Denpasar, Kamis (2/6).
Para penulis terpilih adalah Alan Malingi asal Bima, NTB, Arafat Nur asal Aceh, Aulia Nurul Adzkia dari Ciamis, Budy Utamy asal Riau, Fitri Yani dari Bandar Lampung, dan Ida Ahdiah dari Tangerang.Juga ada penulis asal Kendari, yakni Irianto Ibrahim, Pinto Anugrah dan Ragdi F Daye asal Padang, Rida Fitria dari Lumajang, Sandy Firly asal Banjarmasin, Sanie B Kuncoro asal Solo, Saut Poltak Tambunan dari Jakarta, Satmoko Budi Santoso asal Yogyakarta, serta Wahyudin asal Banten.
Lampuki Novel Terbaru |
"Tahun ini jumlah penulis yang mengikuti seleksi memang meningkat luar biasa. Tahun lalu, ada 105 penulis yang mengikuti proses seleksi. Ini menunjukkan bahwa memasuki tahun ke delapan UWRF telah berhasil menjadi salah satu ajang kesusastraan yang paling dikenal di Indonesia," ujarnya.
Tak hanya itu, para penulis terpilih ini akan diterbangkan ke Ubud untuk menghadiri dan berbicara dalam UWRF 2011 dan juga karya-karya terpilih mereka akan diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dan diterbitkan dalam antologi bersama dalam festival.
Para penulis tersebut dipilih dalam sidang Dewan Kurator UWRF 2011 yang berlangsung di Sanur akhir Mei lalu. Dewan Kurator beranggotakan empat penulis senior, yaitu Kurnia Effendi dari Jakarta, Iyut Fitra dari Payakumbuh, Dorothea Rosa Herliany dari Magelang, dan Made Adnyana dari Bali.
"Para penulis ini dianggap mencerminkan prinsip ke-Nusantara-an karena mereka berasal dari daerah serta latar budaya yang beragam. Karya-karyanya pun beragam bentuknya, ada yang menulis puisi, ada yang menulis novel, esai, cerpen, dan juga naskah drama," ujar Kurnia Effendi.
Menurut Iyut Fitra, bentuk dan keragaman tulisan para penulis tersebut memungkinkan akan terjadi sebuah diskusi dan tukar pikiran saat berkumpul di Ubud pada 5 hingga 9 Oktober mendatang.
"Semoga pertukaran ide dan dialog yang terjadi selama UWRF 2011 akan saling menginspirasi para penulis dan tentunya makin meneguhkan jalinan kebangsaan kita," ujarnya.
UWRF diselenggarakan pertama kali pada 2004 dan kini telah berkembang menjadi salah satu festival sastra terbesar di dunia. Dan tahun ini UWRF akan mengangkat tema Nandurin Karang Awak atau Cultivate the Land Within yang diinspirasi oleh puisi tradisional karya mendiang Ida Pedanda Made Sidemen, pendeta-pujangga terbesar Bali di abad ke-20.(atjehpos.com)