Rabu, 04 Januari 2012

Lampuki Novel Cerdas!

Pemenang
Sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2010
dan Anugerah Khatulistiwa Literary Award 2011


LAMPUKI adalah sebuah novel satir cerdas yang berbeda dengan novel Indonesia pada umumnya. Ditulis dengan bahasa yang indah, lugas, dan penuh humor. Novel ini kaya dan amat menyentuh. Memenangkan dua penghargaan paling bergensi sekaligus, yaitu sayembara Dewan Kesenian Jakarta 2010 dan anugerah Khatulistiwa Literary Award 2011.
Lampuki menimbulkan kontra versi, mendapat banyak pujian sekaligus hujatan. Berbagai reviyeu bermunculan mewarnai pendapat tentang novel ini, umumnya mengungkapkan kegaguman dan rasa tidak percaya terhadap cerita yang tak terduga dan mengejutkan. Banyak pembaca tidak menyangka isi novel ini begitu menyentak. Bahkan sebagian orang merasa ngeri.
Tak ada idealisasi manusia di sini. Semua manusia adalah lucu sekaligus menyedihkan. Si guru ngaji sendiri juga tak lepas dari kekonyolan dan kelemahan. Karakter sang pencerita ini digarap cermat sehingga kita tak perlu diberitahu, tetapi kita bisa melihat sendiri kecemburuan di balik pandangannya terhadap orang lain. Ini adalah sebuah satire sesungguhnya, kata Ayu Utami (penulis novel Saman).
Novel ini bikin saya geleng-geleng tarik napas, ujar Farajiyya. Karena melihat akhir kalimat si tokoh Karim, saya jadi bungkam. Diam, selain juga karena bingung. Ada rasa kepingin protes, tapi wawasan saya tak cukup banyak. Jadi ingat Ladang Opium Badakhshan, sambungnya.
Komang Adnyana seorang kritikus sastra di Bali mengungkapkan, hingga halaman terakhir, semua peristiwa dan konflik tersaji lewat narasi panjang dan amat sedikit dijumpai dialog langsung antar tokohnya. Menariknya, narasi ini sekalipun padat tapi tidak membosankan. Penulis lihai menggunakan corak budaya lokal Aceh yang penduduknya memang suka berkelakar, selain berwatak pesong seperti yang berkali-kali diulang dalam buku ini.
Pengarang menampilkan tokoh-tokoh, tak terkecuali tokoh utama, yang tidak lagi hitam putih, tetapi selalu ada sisi lain yang membuat identitasnya tidak pernah tunggal, dan senantiasa bertolak-belakang satu sama lain. Yang juga menggirangkan, novel ini ditulis dalam bahasa Indonesia yang cukup baik, di samping penyuntingan yang rapi. Karena itu, kami menetapkan pemenang Khatulistiwa Literary Award 2011 untuk kategori fiksi adalah novel Lampuki karya Arafat Nur, demikian kata Dewan Juri KLA.(Danish Fahzan)