Sabtu, 26 April 2014

Menguak Sisi Gelap Seorang Penguasa


Diresensi Linda Nurhayati,
Sarjana Sastra Unpad

Judul     : Burung Terbangdi Kelam Malam
Penulis   : Arafat Nur
Penerbit : PT Bentang Pustaka
Tebal     : xiv+376 halaman
Cetakan : Pertama, 2014
ISBN     : 978-602-7888-93-7

Terjadinya intrik politik dalam proses penentuan seorang kepala daerah sudah lazim. Ambisi seseorang untuk menjadi penguasa mendorongnya menempuh segala cara demi image.

Sosok yang digadang-gadang menang tidak jarang pribadi yang baik di masyarakat, tapi penuh borok di belakang. Begitulah sebagian isi dari novel Burung Terbang di Kelam Malam.

Cerita berpokok pada sosok Tuan Beransyah yang mengajukan diri menjadi kandidat Wali Kota Lamlhok, sebuah kota di Aceh. Dia dikenal alim dan dermawan, beristri satu. Padahal, sesungguhnya istri mudanya tersebar di beberapa daerah.

Dia juga licik dengan memanfaatkan para wartawan demi mendongkrak citra. Tuan Beransyah adalah seorang pengusaha sukses yang awalnya berjualan melinjo.

Bisnisnya kemudian bercabang-cabang dan diduga salah satunya ganja. Namun, tentu saja, hal tersebut berhasil ditutup rapat-rapat. Seorang wartawan muda bernama Fais bertekad menguak kebusukan Tuan Beransyah.

Dia tidak rela kotanya dipimpin seorang munafik. Dia berencana membuat novel berdasarkan kisah nyata Tuan Beransyah. Dengan demikian, orang-orang bisa mengetahui tokoh itu yang sebenarnya. Fais lalu berkelana menyusuri daerah-daerah tempat tinggal para gundik Tuan Beransyah.

Dia mengumpulkan data dijadikan bahan novel yang nantinya akan mengungkap perangai asli Tuan Beransyah. Dari perjalanannya, selain memperoleh data, Fais pun mendapati fakta yang menyedihkan tentang kondisi Aceh pasca perang dan tsunami.

"Di luar sana masih tampak jelas gambaran suram masa lalu membayangi sampai sekarang. Terlihat puing-puing bangunan bekas dibakar semasa perang dulu. Kendaraan-kendaraan rusak parah akibat kena hantam pelontar roket pemberontak yang dulu kerap mengadang pasukanpasukan kecil pemerintah di jalanjalan sepi pada masa perang.”(hal 46).

Interaksi Fais dengan istri-istri simpanan Tuan Beransyah membuatnya gamang. Sesungguhnya dia sudah punya teman dekat bernama Safira. Tapi, dia bingung dengan kondisi dirinya yang masih merasa belum bisa terikat dalam satu hubungan.

Fais yang tampan sering kali membuat perempuan di sekitarnya terpesona. Ada beberapa dari istri simpanan Tuan Beransyah yang masih muda dan cantik, juga tetangganya yang masih remaja, serta rekan kerjanya, jatuh cinta kepadanya. Namun, Fais tidak bisa mengambil keputusan.

Setelah Tuan Beransyah benar-benar terpilih menjadi wali kota, Fais geram. Sebelumnya, dia tidak berdaya menolak permintaan Beransyah dan istrinya untuk menulis yang baik-baik tentang dirinya dan kegiatannya yang seolah memihak rakyat. Kini dia ingin menuliskan kenyataan buruk Tuan Beransyah.

Tulisannya kemudian muncul di koran dan membuat gempar kota. Fais lalu diburu orang-orang dekat Tuan Beransyah, rumahnya diobrakabrik. Tapi, Fais mencoba bersikap tenang.

"Sekalipun mulai gemetaran, aku masih bersikap biasa saja dan sempat berlagak di depannya. Biasa, perkara yang lazim menimpa wartawan bandel" (hal 330). Kemudian Fais bersembunyi demi menyelamatkan diri. Dia dikeluarkan dari perusahaan surat kabar tempatnya bekerja agar korannya tak dibreidel.

Burung Terbang di Kelam Malam merupakan novel dengan kritik sosial yang kental. Pemerintahan korup, politik kotor, penyedotan sumber kekayaan daerah, dan kondisi sosial masyarakat karut-marut mendapat sorotan tajam.

Sosok Tuan Beransyah memperlihatkan bahwa pemimpin yang tampak baik, biasanya menyimpan kebusukan. Namun, pada suatu hari, kebusukan itu terungkap juga.[Koran Jakarta]