Lampuki meraih juara unggulan pada Sayembara Novel Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) 2010, bersama novel Persiden (Wisran Hadi), Jatisaba (Ramayda Akmal), dan Memoar Alang-alang (Hendri Teja).
Lampuki berkisah tentang Aceh ketika masih berstatus daerah operasi militer. Penulis tajam menghadirkan luapan emosional rakyat Aceh.
Persiden berlatar Minangkabau. Novel itu mengundang tafsir baru tentang cara mengkritik masalah adat. Kegamangan pada tradisi dibenturkan dengan modernitas. Alur bercabang di bagian akhir sangat menarik, tidak konvensional.
Jatisaba merekam kisah trafficking, berkedok pengiriman tenaga kerja Indonesia, dituturkan dari sudut pelaku kejahatan. Perempuan yang sebelumnya menjadi korban kejahatan yang sama kembali ke desanya, lalu bergerilya mencari korban. Banyak karakter muncul, tapi tak terjaga baik.
Memoar Alang-alang berlatar historis, diilhami kisah Tan Malaka. Sandaran pada riset awal abad ke-20 di Sumatera, Jawa, dan Belanda tergarap serius. Era kolonial dan kaitannya dengan pembangunan tokoh utama amat hidup. Cinta segitiga sang tokoh berhasil membebaskan rangkuman sejarah tak bernyawa.