Rabu, 15 Januari 2014

Beberapa Fakta Unik di Balik Novel Burung Terbang di Kelam Malam




Burung Terbang di Kelam Malam
BEBERAPA pembaca awal novel Burung Terbang di Kelam Malam karya Arafat Nur yang dimintai pendapatnya (sebelum novel ini terbit), mengatakan tidak bisa melepaskan diri dari naskah ini, bahkan sangking penasarannya sampai-sampai tidak masuk kerja, dan seharian terus membaca novel ini dengan rasa takjub luar biasa, dengan perasaan yang bercampur aduk, antara nelangsa, sedih, dan gembira.

         Kebanyakan dari mereka, sehabis membaca, terpaksa duduk tercenung, terkenang-kenang, dan tidak bisa melepaskan bayangan cerita dalam novel ini, bahkan ada yang membaca ulang, untuk melihat lagi kalimat-kalimat sederhana yang tulis Arafat Nur yang membangun dunia dengan keajaiban.

       Sebagian yang telah membaca novel ini, menjadi penasaran dengan karya Arafat Nur lainnya sehingga mereka yang belum membaca Lampuki, terpaksa meluncur ke toko buku dan bertanya siapa yang memiliki novel itu. Novel Burung Terbang di Kelam Malam membuat orang yang membacanya bergairah dan merasa tercerahkan, lantaran novel ini sangat beda; lugas dan sederhana, tetapi sangatlah bernas isinya.



        
Burung Terbang di Kelam Malam
Sebagian besar pembaca tidak sabar menunggu terbitnya novel ini, dan ketika naskah sudah sampai di percetakan, justru tertuda karena penggantian cover. Cover yang berwarna biru tua sebelumnya dianggap tidak cocok, sehingga perlu mendesain ulang cover baru yang dianggap lebih mencerminkan isi, dan memakan waktu yang cukup lama pula.

         Novel Burung Terbang di Kelam Malam ini, sebagaimana diakui, memiliki pilihan kata yang kuat sehingga sekalipun ringan, kandungan sastranya tidak perlu diragukan. Arafat Nur seperti menceritakan sesuatu yang besar dan pelik, tetapi dengan gaya cerita yang sederhana dan mudah, dan hal itu sangat sulit dilakukan oleh pengarang pada umumnya.[]