Selasa, 21 Januari 2014

Novel Seks, Sebuah Kecurigaan Pada Arafat Nur



Burung Terbang di Kelam Malam
SEBAGAIMANA Lampuki (Serambi, 2011), karya Arafat Nur terbaru Burung Terbang di Kelam Malam (Bentang, 2014) dicurigai mengandung unsur seks. Memang, sebagai penulis, Arafat Nur tidak memegang sebuah pringsip tertentu, dia memberikan peluang bagi teksnya untuk apa saja. Dia pernah berucap secara berkelakar, bahwa dirinya menganut sastra bebas.

Yang dimaksudkan Arafat Nur dengan sastra bebas, tentunya bukan bebas menceritatakan masalah seks secara sembarangan. Ungkapan itu memiliki tafsir yang luas. Artinya, dia memberikan kebebasan dalam teks sastra terhadap segala hal, termasuk hal-hal tabu yang tidak bisa dihindari untuk diceritakan demi tersampaikannya sebuah maksud yang diinginkan dalam cerita itu sendiri.

Bila dikatakan bahwa novel Burung Terbang di Kelam Malam ini mengandur unsur seks, maka akan salah besar. Namun, bila dikatakan bahwa novel ini menyinggung masalah seks, tidak pula bisa dianggap salah. Sebab hampir seluruh masalah dalam kehidupan, terpaut begitu harmonis dalam novel ini. Tentu tidak ada sesuatu perkataan yang mutlak untuk mengklaim bahwa novel ini adalah seks.

Sebagaimana memang sudah menjadi gaya cerita Arafat Nur dalam novel-novel kuatnya yang lahir belakangan ini, memang tidak dapat dipungkiri kalau dia punya gaya cerita yang nakal, satir, sinisme, dan penuh dengan kejenakaan. Inilah sebuah kelebihan unik yang dimiliki penulis ini, yang mampu mempertahankan dalam setiap novelnya.
Burung Terbang di Kelam Malam
Kandungan seks, atau sejumput cerita yang berkenaan dengan masalah seks yang terdapat dalam novel ini, tidak lain adalah mengandung suatu tujuan penting yang membentuk novel ini secara utuh. Seks dalam novel ini tidak bermakna negatif, bahkan sesuatu yang dianggap sangat wajar dan sama sekali tidak vulgar.

Oleh sebab itu pula, maka Burung Terbang di Kelam Malam ini sangat elok memjadi bacaan semua kalangan usia, terutama remaja dan orang dewasa. Banyak pengajaran dan pengalaman yang terdapat di dalamnya yang tidak saja membuat kita terpukau, melainkan larut dalam lamunan yang tak berkesudahan. Seks dalam novel ini adalah sesuatu yang penting, yang tidak bisa dikatakan sebagai seks vulgar, tetapi untuk mengungkapkan sebuah kenyataan yang benar-benar ada dan benar-benar terjadi dalam masyarakat kita.(haruki)