Selasa, 09 Juni 2015

Kegemaran Musik dan Menulis Novel



Tempat Paling Sunyi dan novel catatan tangan

Lagi mendengar lagu Ten Out Of Ten dinyanyikan Louchie Lou & Michie One, yang merupakan kolaborasi dengan simponi Mozart 40. Rasanya senang sekali. Sekitar 10 tahun lalu, pada 2005, waktu aku masih tinggal di rumah baru tempat setting novel Lampuki, aku kerap memutar VCD lagu ini, karena televisi tidak bisa menangkap siaran, baik RCTI maupun TVRI, apalagi lainnya. Padahal aku telah memasang antena 2F dengan tiang besi yang cukup tinggi, karena aku tidak punya uang untuk membeli parabola. Uangku habis semua untuk beli rumah dan kebutuhan lain.

Kaset VCD ini hilang dipinjam seseorang dan tidak pernah dikembalikan lagi. Sialnya aku tidak tahu apa judul dan siapa penyanyinya. Bertahun-tahun aku mencarinya di Youtube, tapi tidak ketemu. Ketika kutanyakan pada kawan-kawan, mereka juga kebingungan. Memang ada seorang teman penyiar radio yang tahu, tapi dia juga tidak tahu judul dan penyanyinya. Sampai akhirnya aku menemukan lagu ini di sebuah HP yang baru diisi lagu baru. Aku menyimak liriknya dan saksama dan menyalinnya di mesin Google, ternyata penyanyinya Louchie Lou & Michie One. Tapi aku kecewa, vidio klipnya tidak sama dengan yang kutonton waktu dulu yang begitu heroik dan agak “erotis”. Mungkin klip yang ini tidak original. Ya, sudah.

Dulu lagu ini kuputar siang-malam tanpa jenuh mendengarnya, baik sepulang kerja atau lesehan, di sela-sela menonton film horor dari kaset DVD sewaan. Bahkan ketika sendirian di rumah aku berjoget-joget riang, seperti orang mabuk kepayang pada seseorang. Waktu itu aku masih seperti remaja tanggung, bahkan sekarang kala aku mendengarkan ulang, aku merasa kembali ke remaja tanggung, walaupun umurku bukan lagi belasan. Berapa ya umurku sekarang? Aku lupa! Hahaha....

Entah memang selera musikku buruk, aku tidak tahu. Pada kenyataannya musik ini juga ditiru penyanyi Indonesia dan artis Aceh. Aku tidak tahu siapa penyanyi dan judul lagunya karena memang tidak pernah peduli, karena sama sekali tiruannya membuat sakit telinga. Ketika mendengarkan lagu aslinya, jiwaku dilambung-lambung entah kemana. Saat itu aku memang sedang mengancang-ancang draf novel Lampuki dan merenungi tentang makna hidup dan perang. Ternyata hidup ini memang berada di antara kekosongan dan angan-angan. Silakan baca tentang perenungan waktu dan betapa tak berdayanya manusia di novel terbaru saya, Tempat Paling Sunyi yang sudah mulai beredar di sejumlah toko buku di Tanah Air.