Sabtu, 07 April 2012

Senyum-Senyum yang Mencemari Wajah Kota

Oleh: Arafat Nur

SAAT INI Kota Lhokseumawe sedang menghadapi masalah lingkungan, sejumlah selokan yang ada di Banda Sakti berjejalan dengan sampah, belum lagi sejumlah sampah hasil rumah-tangga yang lumayan banyak. Masalah itu semakin lengkap dengan banyaknya stiker, poster, spanduk, bendera, umbul-umbul, baliho dan sejenisnya milik para kandidat pemimpin kota dan provinsi ini.
      Sejumlah benda itu bertebaran di sepanjang jalan dan tempat, baik yang ditempel di dinding, pohon, dan tiang, maupun yang terlepas dan terlindas di tanah. Kehadiran benda dari kertas dan kain ini memang mengubah wajah kota secara serta-merta. Sekalipun semua wajah menebarkan senyum manis, tetap saja mengusik dan sering diabaikan para pengguna jalan yang melintasinya.
      Manan,20, salah seorang perguruan tinggi di Lhokseumawe menyebutkan bahwa calon-calon pemimpin itu dengan tanpa sadar telah ambil andil dalam upaya mencemari lingkungan kota Lhokseumawe, meskipun sifatnya hanya sesaat. “Masalahnya, mereka memajangkan poster tidak pada tempatnya, tetapi memanfaatkan apa saja dengan seenaknya,” ujarnya.
      Sekalipun dilarang untuk menyematkan di tempat fasilitas umum, tetapi sejumlah poster pasangan calon Walikota Lhokseumawe dan pasangan calon Gubernur Aceh tetap melakukan pelanggaran. Bahkan, mereka tidak peduli sama sekali terhadap sejumlah kertas yang mengandung unsur kampanye politik. Sejumlah poster itu malahan tercampak di jalan-jalan, entah terlepas atau memang dibuang pada saat usai kampanye.
Lampuki-Arafat Nur
      Pemerhati Lingkungan, Irsadi Aristora mengatakan, kegiatan kampanye yang dihadiri oleh massa tentunya akan meninggalkan banyak sampah. Selain dari perangkat kampanye itu sendiri yang berupa poster, bendera dan segala macam, ditampah pula dengan sampah dari kemasan dan minuman. “Pihak terkait, harus memikirkan masalah ini,” tegas Irsadi.
    Badan Lingkungan Hidup dan Kebersihan (BLHK) Lhokseumawe sendiri sedang menghadapi masalah. Sebagaimana yang diberitakan beberapa hari sebelumnya bahwa mereka cuma memiliki sebuah armada untuk cakupan wilayah yang cukup luas. Belum lagi persoalan sampah yang dihadapi desa-desa di pinggiran kota, bahkan banyak dari rumah penduduk tepi pantai tidak memiliki jamban, tidak juga kakus umum.
      Memang, pemasangan sejumlah atribut tersebut adalah hak para kandidat, tak ada masalah dengan itu. Namun bahan kampanye yang dipajang pada sarana dan fasilitas umum di wilayah koridor jalur taman, sangat menganggu penyelamatan jalur hijau. Kata Irsadi, para kandidat harus memerhatikan masalah ini dan memerintahkan kepada para tim suksesnya untuk menertibkan.
      Selapis, bila dipandang dari sudut lain, kota yang orang-orangnya yang agak sulit tersenyum ini, kehadiran poster-poster itu memang memberikan warna tersendiri. Senyuman begitu mudah diumbar oleh mereka-mereka yang begitu berhasrat memimpin dan mengendalikan kota dan wilayah di ujung Sumatra ini. Bahkan, sebetulnya, pada hari-hari biasa mereka sulit sekali untuk tersenyum.
      Mereka yang sebelumnya tidak pernah melihat senyum para tokoh yang wajahnya sudah tersebar di mana-mana ini, maka sekarang dapat melihat bagaimana sesungguhnya bentuk senyum mereka. Ada berbagai jenis senyuman; dari senyuman yang dibuat-buat, terseyum secara tidak sengaja, senyuman tulus, ada juga senyuman yang mengandung kepicikan. Senyum yang mengandung kepicikan adalah di hatinya terbersit bahwa dia akan memimpin negeri ini untuk menipu rakyat selama lima tahun mendatang.
     Bagi Wahyu,23, penduduk Moen Geudong, tak masalah dengan senyum-senyum yang diobral murah itu, sekalipun senyum itu amat picik, karena perihal itu adalah hak pemilik senyum. Lagi pula, bila dilihat pada suatu sisi yang aneh, senyum-senyum itu ada manfaat juga, setidaknya bagi kesehatan diri mereka sendiri. Tetapi, janganlah senyum-seyum yang ada di segala perangkat kampanye itu sampai mencemari wajah kota ini.[]